Minggu, 23 Maret 2014

Alessandro Nesta


Alessandro Nesta
Alessandro Nesta
Informasi pribadi
Nama lengkap Alessandro Nesta
Tanggal lahir 19 Maret 1976 (umur 38)
Tempat lahir Roma, Italia
Tinggi 1.87 m (6 ft 2 in)
Posisi bermain Bek
Informasi klub
Klub saat ini Montreal Impact
Nomor 14
Karier junior
1985-1993 Lazio
Karier senior*
Tahun Tim Tampil (Gol)
1993–2002 Lazio 193 (1)
2002–2012 Milan 224 (7)
2012– Montreal Impact 3 (0)
Tim nasional
1995–1996 Italia U-21 6 (1)
1996–2006 Italia 78 (0)
* Penampilan dan gol di klub senior hanya dihitung dari liga domestik dan akurat per 13 Mei 2012.

‡ Penampilan dan gol di tim nasional
akurat per 11 Oktober 2006
Alessandro Nesta, Ufficiale OMRI[1][2] (lahir di Roma, Italia, 19 Maret 1976; umur 38 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Italia yang bermain untuk Montreal Impact.
Ia mengawali karier profesionalnya di klub Lazio. Dia turut membantu Lazio meraih Piala Winners pada tahun 1999. Ia memiliki tinggi tubuh 187 cm dan berposisi sebagai bek tengah dan bergabung dengan Milan pada tahun 2002. Nesta termasuk andalan dalam tim nasional Italia untuk membantu sektor pertahanan. Ia mengawali debut bersama Lazio pada tanggal 13 Maret1994 melawan Udinese dengan skor akhir 2-2. Di AC Milan dia meraih 1 juara liga Italia Serie A, 2 Piala/Liga Champions, 1 Piala Super Eropa, 1 Piala Italia, 1 League Supercup. Dia masuk dalam timnas di piala dunia 2006 di Jerman. Pada pertandingan melawan Ceko, dia cedera. Walaupun tidak ikut bermain di final Piala Dunia, Italia berhasil keluar menjadi juara yang ditentukan oleh adu penalti. Nesta juga telah pensiun dari tim nasional Italia.

Selasa, 18 Maret 2014

Dream Tim AC Milan Era 2002-2003




Pemain : Paolo Maldini (C), Nelson Dida, Jaap Stamp, Serginho, Alesandro Nesta, Seedorf, Andrea Piro, Genarro Gattuso, Ricardo Kaka', Filippo Inzaghi.
 

Legenda Milan Peraih Ballon d'OR

Sumber : About AC Milan
 
1. Gianni Rivera (1969)

 

Dia adalah pemain milan pertama yang mendapatkan penghargaan ini. Bermain di posisi gelandang pada saat itu, dialah yang menjadi pengatur serangan Milan. Dan dia pun mendapat julukan golden boy di persepak bolaan Italia. Tak heran, pada tahun 1969 pun menjadi tahun terbaiknya setelah mendapatkan gelar Ballon d'OR ini bersama Milan. Rivera berkebangsaan Italia, lahir tanggal 18 agustus 1943.


 2. Ruud Gullit (1987)


Siapa yang tidak kenal Ruud Gullit? Dia pemain berkebangsaan Belanda, dan dialah yang membawa Belanda menjuarai Piala Eropa di tahun 1988 bersama rekannya Van Basten dan Rijkaard. Dengan hasil itu pun, dia didaulat sebagai peraih Ballon d'OR ditahun 1987. Ruud Gullit memang sangat terkenal diera saat itu hingga sekarang, karena ciri khasnya yang sangat unik (rambut gimbal, berkulit hitam, berbadan besar, dan memiliki gaya permainan yang keras). Gullit lahir di Belanda, 1 september 1962. 



3. Marco Van Basten (1988, 1989, 1992)


Ini dia, Legenda Milan yang sangat luar biasa. Peraih Ballon d'Or sebanyak 3kali di tahun 1988,1989, dan 1992. Ia terkenal sebagai striker haus goal yang handal, karena menciptakan 276 goal sepanjang kariernya sepanjang sejarah. Banyak sekali yang ia berikan untuk AC Milan maupun untuk negaranya yaitu Belanda. Namun di tengah kariernya yang sangat baik itu, saat ia berusia 29tahun ia memutuskan untuk pensiun karena masalah cidera yang sangat serius. Hingga akhirnya, Van Basten pun melanjutkan kariernya sebagai pelatih sampai sekarang. Van basten lahir di Belanda, 31 oktober 1964.





4. George Weah (1995)

Ia bernama lengkap George Manneh Oppong Ousman Weah, lahir di Liberia tanggal 1 oktober 1966. Weah adalah pemain Afrika pertama yang mendapatkan penghargaan ini. Ia adalah pemain terbaik asal Afrika sepanjang masa. Weah terkenal dengan akurasi dribble yang sangat luar biasa. Ia pernah mencicipi bermain bersama Monaco, Paris ST Germain, dan akhirnya AC Milan. Meskipun sudah sukses bersama klub, namun Weah belum pernah meraih kesuksesan bersama negaranya yaitu Liberia.





5. Andriy Shevchenko (2004)


Shevchenko atau yang kerap dipanggil Sheva, bermain di posisi striker. Lahir di Ukraina 29 september 1976. Ia adalah pencetak gol ketiga terbanyak dengan 67 gol di belakang Inzaghi dan Raul Gonzalez dalam kompetisi klub sepak bola Eropa. Shevchenko telah mencetak 175 gol bagi Milan dan merupakan pencetak gol kedua terbanyak sepanjang sejarah Milan. Dengan permainan terbaiknya itupun, dia didaulat sebagai pemain terbaik di tahun 2004. Dan akhirnya Chelsea pun tertarik untuk mendatangkan pemain terbaik 2004 itu dari Milan. 


6. Ricardo Kaka (2007)


Bernama lengkap Ricardo Izecson dos Santos Leite, lahir di Brazil 22 april 1982. Pemain ini adalah pemain yang sangat sempurna, kenapa? karena selain memiliki permainan yang bagus, ia juga memiliki wajah yang sangat tampan dan sangat religius. Tak heran banyak wanita yang tergila-gila dengannya. Pada tahun 2007, ia didaulat sebagai peraih Ballon d'Or. Karena jasanya yang telah memberikan Milan gelar Liga Champions untuk ketujuh kalinya. Ia dikenal mempunyai dribble yang baik, dan umpan maupun tendangan yang akurat. Lalu ditahun berikutnya, Kaka bergabung dengan Real Madrid, karena masalah finansial yang ada dikubu AC Milan yang tidak bisa menolak tawaran Madrid tersebut. 

10 Pemain Legendaris AC Milan Sepanjang Masa

10. Cesare Maldini
Cesare Maldini (lahir 5 Februari 1932) adalah seorang Italia sepakbola manajer dan mantan pemain. Ia bermain sebagai bek tengah dan menghabiskan sebagian besar karirnya dengan AC Milan . Maldini juga mewakili Italia pada tingkat internasional di 1962 dan 1966 Piala Dunia . Anaknya Paolo , juga seorang bek, yang sebelumnya memegang rekor paling topi untuk tim nasional Italia. Maldini muda kapten Milan ke Liga Champions gelar di 2003 , 40 tahun setelah Cesare telah mencapai prestasi yang sama . Cucu-cucunya Kristen dan Daniel telah mengikuti tradisi keluarga bermain untuk regu pemuda.
Cesare Maldini dilahirkan di Trieste , Venezia Giulia , Italia . Orangtuanya bekerja orang kelas Slovenia asal yang nama Maldič adalah Italianised untuk Maldini di 1931. Ia dibesarkan di Slovenia didominasi berbahasa daerah pinggiran kelas pekerja Servola ( Slovenia : Škedenj), dan memiliki terus yang khas Triestine aksen.
Dia mengangkat Piala Eropa dengan AC Milan pada tahun 1963 sebagai kapten tim. Ia menjabat sebagai asisten pelatih di Piala Dunia FIFA 1982 yang memenangkan klub Italia .
Maldini melatih sisi U-21 Italia selama sepuluh tahun, memenangkan Eropa U-21 Kejuaraan Sepak Bola pada catatan turnamen dari tiga kesempatan. Mantan anak didik Fabio Cannavaro , Gianluigi Buffon dan Francesco Totti dari skuad 1996-memenangkan pergi untuk memenangkan Piala Dunia FIFA 2006 . Dia mengambil alih tim senior setelah sukses itu, dan membantu tim lolos ke Piala Dunia FIFA 1998 , kapten oleh putranya, Paolo. Italia maju ke perempat final di mana mereka tersingkir oleh host Prancis pada adu penalti setelah imbang tanpa gol. Maldini mengundurkan diri setelah turnamen karena kritik media ultra-defensif taktik.
Maldini menjadi pelatih tim nasional Paraguay pada bulan Januari 2002. Janji-Nya menimbulkan kontroversi beberapa sebagai manajer domestik diabaikan (mendorong serikat manajer untuk mencoba berhasil mengusir dia untuk pelanggaran imigrasi), dan karena ia berbicara sedikit Spanyol. Maldini tetap mendapat dukungan dari bintang kiper José Luis Chilavert dan beberapa pemain senior lainnya. Ia mengambil alih tim yang sudah lolos ke Piala Dunia 2002 diselenggarakan oleh Korea Selatan dan Jepang , menjadi pelatih tertua di turnamen di usia 70 (kapten Paolo Anaknya Italia di turnamen yang sama). Meskipun hilang Chilavert untuk permainan pertama karena suspensi, Paraguay maju ke babak sistem gugur. Mereka tersingkir oleh Jerman finalis akhirnya oleh gol pada menit ke-89.
Pelatih yang berpengalaman kembali ke AC Milan sebagai pencari untuk bakat muda untuk Rossoneri . Dia saat ini menjadi analis olahraga untuk Al Jazeera olahraga saluran dengan Alessandro Altobelli .
9. Ricardo Izecson dos Santos Leite
Ricardo Izecson dos Santos Leite yang biasa dikenal dengan sebutan Kaka lahir pada tanggal 22 April 1982 di Brasilia, Brasil. Pemain berkebangsaan Brasil ini menempati posisi sebagai gelandang serang dan striker kedua.
Kaka lahir dari pasangan Simone Cristina Santos Leite dan Bosco Izecson Pereira Leite. Adik Kaka, Rodrigo (dikenal dengan Digao), juga seorang pemain sepak bola.
Ketika Kaka berumur 7 tahun dia pindah ke Sao Paulo. Dia dimasukkan ke klub lokal bernama Alphaville. Di sanalah bakatnya diketahui oleh Sao Paulo FC. Pada usia 18 tahun, dia pernah mengalami kecelakaan di kolam renang yang mebahayakan karirnya dan membuatnya terancam lumpuh karena tulang belakangnya retak. Tetapi akhirnya dia sembuh.
Kaka memulai karir klubnya bersama Sao Paulo FC di usia 8 tahun. Dia menandatangi kontrak di usia 15 tahun dan membawa tim muda Sao Paulo menjadi juara Copa de Juvenil. Dia membuat debut pertamanya di tim senior pada bulan Januari 2001 dan membawa Sao Paolo mendapatkan gelar kejuaraan Torneio Rio-Sao Paulo.
Sejak saat itu minat dari klub Eropa bermunculan dan puncaknya Kaka dibeli oleh AC Milan pada tahun 2003 dengan transfer sebesar 8,5 juta Euro. Dalam waktu sebulan saja, dia berhasil menjadi pemain inti. Debut pertamanya terjadi saat kemenangan 2-0 melawan Ancona. Di musim pertama dia mencetak 10 gol dalam 30 kali penampilan dan membawa Milan merebut gelar Scudetto dan Piala Super Eropa.
Pada 8 Juni 2009, Kaka resmi menandatangani kontrak 6 tahun bersama Real Madrid dengan biaya transfer yang diperkirakan sebesar 57 juta poundsterling. Kaka menekankan alasan kepindahannya untuk membantu kondisi keuangan Milan dan Madrid adalah satu-satunya klub yang ingin Anda tuju jika dia pindah.
8. Marcell “Marco” van Basten
Marcell “Marco” van Basten (lahir di Utrecht, Belanda, 31 Oktober 1964; umur 47 tahun) adalah seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Belanda. Ia adalah mantan pelatih tim sepak bola Belanda dan mantan pelatih Ajax Amsterdam. Sebelumnya, semasa masih menjadi pemain ia bermain untuk tim Ajax Amsterdam dan A.C. Milan pada tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an. Ia dikenal sebagai salah satu penyerang depan yang handal di sepanjang sejarah dan mencetak sebanyak 276 gol dalam kariernya. Dikenal atas kekuatannya dalam penguasaan bola, kemampuan taktis serta tendangan keras dan volinya yang spektakuler, van Basten meraih penghargaan Pemain Sepak bola Terbaik Eropa sebanyak tiga kali (tahun 1988, 1989 dan 1992) juga Pemain Terbaik Dunia FIFA pada tahun 1992. Kariernya sangat singkat, pada umur 29 tahun, ia sudah pensiun karena cederanya yang parah dan kambuhan. Bahkan, pada penghormatan terakhirnya di San Siro, membuat pelatih Milan saat itu, Fabio Capello menangis.
7. Gunnar Nordahl
Gunnar Nordahl (lahir di Hörnefors, 19 Oktober 1921 – meninggal di Alghero, Sardinia, 15 September 1995 pada umur 73 tahun) adalah seorang pemain sepak bola dari Swedia. Bersama dengan Gunnar Gren dan Nils Liedholm, ketiganya dikenal sebagai trio GreNoLi yang ditakuti di AC Milan. Selama kariernya di Milan, Nordahl mengemas 210 goal dalam 257 pertandingan dan merupakan pencetak gol terbanyak bagi Milan sepanjang sejarah. Jumlah golnya tersebut juga merupakan terbanyak kedua di Seri A. Nordahl juga dua kali membawa Milan menjadi juara di Liga Champions (tahun 1951 dan 1955).
Kariernya berawal di Degerfors di Swedia sebelum kemudian pindah ke IFK Norrköping. Bersama Norrköping, ia menjuarai empat gelar Liga Swedia. Selama di Swedia, ia mencetak 149 gol dalam 172 pertandingan. Ia dipanggil ke tim nasional Swedia pada tahun 1945. Pada tahun 1948, ia membawa Swedia menjadi juara Olimpiade dan merupakan pencetak gol terbanyak di turnamen tersebut. Selama empat tahun di timnas, jumlah golnya adalah 44 dari 33 pertandingan.
Ia bergabung dengan Milan pada 22 Februari 1949. Setelah meninggalkan Milan, ia sempat bermain di AS Roma selama dua musim.
6. Mauro Tasssotti
Mauro Tasssotti lahir di Roma, 19 Januari 1960 adalah pesepak bola Italia yang biasa bermain di posisi bek untuk klubnya. Setelah gantung sepatu ia beralih profesi menjadi pelatih, tetapi sampai saat ini ia masih sebatas asisten pelatih di AC Milan.
Tassotti bermain selama 17 tahun untuk Milan. Selama periode 1980-1997, bek sayap yang sangat hebat dalam menjelajah sektor kanan lapangan itu telah ikut membantu Milan memenangi sederet trofi bergengsi.
Tiga trofi European Cup/Liga Champions, tiga Piala Super Eropa, dua Piala Interkontinental, lima Scudetto Serie A dan empat mahkota Supercoppa Italiana merupakan sumbangsih Tassotti untuk Milan.
Tasssotti membukukan total 583 penampilan dan 10 gol bersama Milan.
Karier bersama tim nasional sepak bola Italia dirasakan antara tahun 1992-1994 dengan mengemas 8 penampilan. Mauro Tassotti merasakan Piala Dunia tahun 1994 di Amerika Serikat.
5. Andriy Mykolayovych Shevchenko
Andriy Mykolayovych Shevchenko atau yang lebih sering dikenal dengan nama Andriy Shevchenko adalah seorang pemain sepak bola profesional yang lahir pada tanggal 29 September 1976 di Dvirkivschyna, Ukraina.
Pada tahun 1999, Shevchenko bergabung dengan Milan dengan biaya transfer sebesar £20 Juta dan telah menjadi salah seorang pemain terpenting Milan. Sejak bergabung dengan Milan, dia telah dua kali meraih gelar Seri A, pada musim 1999-00, dan 2003-04. Selain itu, dia juga telah satu kali mencicipi gelar Liga Champions UEFA pada musim 2002-03. Pada Liga Champions musim 2005-06 ia mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah kompetisi klub Eropa. Ia merupakan pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah bagi Milan di belakang Gunnar Nordahl dengan 175 gol.
Pada Musim 2006/2007 Chelsea tertarik untuk memboyong Shevchenko ke London dan akhirnya terjadi kesepakatan dengan Milan, Chelsea harus merogoh kantong dalam-dalam untuk menebus Shevchenko karena Milan bersedia melepasnya dengan harga £40,5 Juta. Dan dimusim 2006/2007 pun Shevchenko berlabuh di Stanford Bridge, walaupun disana karirnya kurang begitu bersinar.
4. Alessandro Costacurta
Alessandro Costacurta (lahir di Orago, 24 April 1966; umur 46 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Dia adalah seorang bek tengah (defender). Untuk saat ini ia masih aktif bermain untuk A.C. Milan dimana ia sudah bermain di klub tersebut sejak tahun 1987.
Bersama tim nasional Italia ia mengikuti ajang Piala Dunia tahun 1994, Piala Dunia tahun 1998 dan juga Piala Eropa 1994. Ia pensiun dari tim nasional pada tahun 1998 dengan total penampilan 59 kali.
Bersama Milan, Ia telah memenangkan 7 kali titel Serie A, Piala Champion Klub Eropa sebanyak 4 kali (1989, 1990, 1994, 2003).
Pada (Agustus 2005) ia masih terikat kontrak selama 1 tahun bersama Milan, yang berarti ia masih akan menjadi pemain walau ia sudah berusia 40-an. Ia adalah salah satu pemain setia untuk Rossoneri.
Billy melakukan debut di Seri A, pada 25 Oktober 1987, Verona-Milan 0-1
Total Penampilan di Seri A, 419 (30 kali bersama Monza sebagai pemain pinjaman) total Gol 2. Total Penampilan di Piala Italia, 70 kali. Total Penampilan di kejuaraan Eropa, 116 Kali.
3. Giovanni (“Gianni”) Rivera
Giovanni (“Gianni”) Rivera (lahir di Alessandria, Italia, 18 Agustus 1943; umur 69 tahun) merupakan mantan pemain sepak bola Italia yang memenangkan Pemain Terbaik Eropa pada tahun 1969. Dia sekarang berkarier sebagai politikus. Dia dipanggil golden boydalam sepak bola Italia.
Gelar
  • 4 × Italian cup (1967, 1972, 1973, 1977)
  • 3 × Italian title (1962, 1968, 1979)
  • 2 × Cup Winners Cup (1968, 1973)
  • 2 × European Cup (1963, 1969)
  • 1 × European Player of The Year (1969)
  • 1 × European Player of The Year runner-up (1968)
  • 1 × World Cup runner-up (1970)
  • 1 × Italian League Top Scorer (1973)
  • 1 × Intercontinental Cup (1969)
  • 1 × European Championship (1968)
2. Franco Baresi
Franco Baresi (lahir di Travagliato, Brescia, 8 Mei 1960; umur 51 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Posisinya adalah pemain belakang (stoper). Ia menghabiskan sepanjang kariernya di AC Milan, dari tahun 1977 hingga 1997, dan merupakan salah seorang legenda Milan. Nomor punggungnya, 6, kini dipensiunkan oleh Milan, sehingga tak akan ada lagi pemain AC Milan yang mengenakan nomor tersebut.
Baresi 81 kali memperkuat tim nasional sepak bola Italia, dari tahun 1982 hingga 1994. Ia tampil dalam dua Piala Dunia FIFA, 1990 dan 1994. Dalam final tahun 1994 melawan Brasil, ia adalah salah seorang pemain yang penaltinya gagal sehingga turut menyebabkan kekalahan Italia di pertandingan tersebut.
Sejak tahun 2002 ia menjadi pelatih tim remaja Milan.
Prestasi
Pada tanggal 4 Maret 2004, pada upacara gala di London, untuk menandai peringatan 100 tahun dasar dari Fédération Internationale de Football Association (FIFA), badan internasional sepak bola mengungkapkan FIFA 100 . Daftar ini berisi pilihan dari “pemain terbesar yang hidup”, Baresi adalah salah satu dari banyak dari tim Milan legendaris tahun 1990-an untuk dimasukkan. Baresi adalah salah satu dari beberapa pemain yang telah memenangkan semua klub domestik, internasional dan nasional kehormatan klub, dan melakukan sehingga semua dengan negara asalnya.
1. Paolo Maldini
Paolo Cesare Maldini lahir pada tanggal 26 Juni 1968 di Milan, Italia. Pemain berkebangsaan Italia dianggap sebagai salah satu pemain bertahan terbaik di dunia. Dia menghabiskan semua karirnya di AC Milan, bermain di sana selama 25 tahun sampai usianya hampir 41 tahun.
Bersama Milan, Maldini memenangkan 7 kali Scudetto, 1Coppa Italia, 5 Supercoppa Italia, 5 gelar Liga Champions, 5 gelar Piala Super Eropa, 2 Piala Interconental dan satu gelar Piala FIFA World Club. Kemampuan utamanya terletak pada tackling-nya yang akurat dan jiwa kepemimpinannya.
Sampai tahun 2009, Maldini memegang rekor penampilan internasional terbanyak dengan 126 kali penampilan, sejak debutnya pada tahun 1988. Dia pensiun dari tim nasional Italia pada tahun 2002 setelah hampir 8 tahun menjadi kapten tim.
Maldini memulai debutnya bersama Milan pada musim 1984-85 pada tanggal 20 Januari 1985, di usia 16 tahun, melawan Udinese ketika menggantikan Sergio Battistini. Scudetto musim 1987–1988, menjadi trofi pertamanya. Maldini jadi menjadi bagian dari tim Dream Team Milan yang tak terkalahkan dari akhir tahun 1980-an sampai awal tahun 1990-an.
Maldini memainkan laga ke 600-nya di Serie A pada tanggal 13 Mei 2007 saat Milan bermain imbang 1–1 lawan Catania. Pada tanggal 16 Februari 2008, Maldini meraih penampilan seniornya ke 1000 bersama Milan dan Italia ketika melawan Parma.
Pada musim 2007-2008, Maldini mengumumkan rencana pensiunnya. Tetapi setelah Milan disingkirkan oleh Arsenal di ajang Liga Champions pada bulan Maret, Maldini menyatakan pengunduran rencana pensiunnya. Pada 18 April 2009, Maldini mengumumkan kepastian pensiunnya di akhir musim 2008–2009. Pada 17 Mei 2009, Maldini memainkan laga resminya bersama Milan yang ke 900 kalinya ketika melawan Udinese. Laga terakhir Maldini di San Siro berlangsung pada tanggal 24 Mei 2009. Penampilan terakhirnya bersama Milan berlangsung pada tanggal 31 Mei 2009, ketika menang 2-0 atas Fiorentina.
Milan memesiunkan kostum klub dengan nomor 3 milik Maldini, tetapi akan dipakai lagi oleh putra Maldini kalau sudah berlaga di tim senior Milan.
Maldini memulai debutnya bersama tim nasional Italia di usianya ke 19 pada tanggal 31 Maret 1988, melawan Yugoslavia. Gol internasional pertamanya terjadi saat melawan Meksiko pada tanggal 20 Januari 1993. Setelah Italia tereliminasi di babak 16 besar Piala Dunia 2002, Maldini pensiun dari tim nasional Italia dengan tanpa mendapat trofi. Dia menjadi pemain Italia yang paling banyak tampil.
Sumber : Milanisti Indonesia Sezione Bogor

10 Pemain Terbaik Serie A Sepanjang Masa

1. Giussepe Meazza
Menjadi nama dari sebuah stadion? Tentu anda bukan orang sembarangan. Apabila di Indonesia kita mengenal Stadion Utama Gelora Bung Karno, maka di Italy mereka mengenal stadion Giussepe Meazza. Sebuah stadion di kota Milan yang “memiliki” dua nama. Tergantung oleh siapa yang sedang menjadi tuan rumah. Tetapi tahukah anda bahwa sebenarnya nama stadion Giussepe Meazza diambil dari sebuah nama pemain sepakbola?

Giussepe Meazza merupakan salah satu pemain terhebat Italia sepanjang masa. Pernah bermain untuk Internazionale Milan, AC Milan, Juventus, Varese, dan Atalanta, ia telah mencetak 347 gol di Serie A dan tim nasional Italia sepanjang karirnya. Meski pernah bermain untuk Milan dan Juve, Meazza lebih dikenal sebagai legenda Inter. Ia menyumbang tiga gelar Serie A dan satu Coppa Italy bersama I Nerrazurri.

Satu hal yang unik dari Meazza adalah ia pensiun sebagai top skorer sepanjang masa Serie A dan tim nasional Italia. Tidak ada pemain lain yang mampu menyamai pencapaian dirinya hingga saat ini.
2. Silvio Piola
 
Silvio Piola adalah striker terbaik yang pernah dimiliki oleh Serie A. Titik.

Apa dasar dari pernyataan barusan? Tidak sulit. Ia merupakan pemain tersubur sepanjang sejarah Serie A dengan 274 gol. Sebagai satu-satunya pemain yang pernah menjadi pencetak gol terbanyak dengan tiga tim berbeda (Vercelli, Lazio, dan Novara), rekor tersebut telah bertahan sepanjang 59 tahun!

Meski ia adalah pencetak gol terbanyak, namun entah kenapa ia tidak pernah menjadi juara sepanjang karir profesionalnya. Pencapaian dengan klub yang paling baik adalah menjadi runner-up dua kali bersama Juventus dan satu kali bersama Lazio.
3. Gunnar Nordahl
Melihat nama Gunnar Nordahl, kita pasti langsung teringat dengan mantan pemain Manchester United, Ole Gunnar Solksjaer. Namun kalau Solksjaer berasal dari Norwegia, maka Nordahl berasal  dari Swedia.

Sebagai satu-satunya pemain asing yang berada dalam daftar lima besar pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Serie A, jelas Nordahl bukan merupakan pemain sembarangan. Ia mencetak 225 gol selama berkarir di Italia. Rekor tersebut semakin terasa manis apabila kita mengetahui bahwa tidak ada satupun pemain asing selain dirinya yang mampu mencetak lebih dari 200 gol di Serie A.

Meraih masa-masa kejayaan bersama AC Milan, rasanya wajar kalau dirinya dinobatkan sebagai salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki oleh I Rossoneri. Bagaimana tidak? Hanya 15 dari 225 gol nya yang ia cetak ketika bermain bagi AS Roma. Sedangkan sisanya disumbangkan untuk Milan.
4. Dino Zoff
Cukup sulit membandingkan Dino Zoff dan Gianluigi Buffon. Kedua pemain ini sama-sama merupakan pemain yang hebat di bawah mistar gawang baik itu untuk Juventus ataupun tim nasional Italia. Namun membaca fakta-fakta sejarah tentang Zoff, rasanya tidak salah jika saya lebih memilihi dirinya ketimbang Buffon.

Tak dapat diragukan, Zoff merupakan kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Serie A. Enam gelar Serie A, satu Coppa Italia, satu UEFA Cup, dan satu gelar juara dunia membuktikan bahwa dirinya merupakan penjaga gawang yang memiliki skill luar biasa. Terlebih lagi ia telah berumur 40 tahun ketika membawa Italia menjadi juara dunia di tahun 1982, dan menjadi pemain tertua yang menjuarai Piala Dunia.

Oh iya! Ia juga pernah menjaga gawang Italy tidak kebobolan hampir selama dua tahun. Beat that, Buffon!
5. Michel Platini
Jika anak-anak kecil melihat Michel Platini saat ini dengan balutan jas dan jabatannya sebagai Presiden UEFA, mereka pasti tidak percaya bahwa pria ini pernah meriah Ballon d’Or sebanyak tiga kali. Atau barangkali mereka bahkan tidak percaya bahwa Platini pernah bermain sepakbola??

Well, bagaimanapun gendut dan jeleknya dirinya saat ini, kita harus tetap berusaha meyakinkan anak-anak tersebut bahwa Platini merupakan salah satu pemain sepakbola terbaik yang pernah ada di dunia.

Hanya lima tahun berkarir bersama Juventus, ia mendapatkan tiga Ballon d’Or berturut-turut. Tentu hal tersebut didapatkan karena dirinya memang sebegitu berkualitasnya. Ia benar-benar menjadi maestro lini tengah La Vecchia Signora di masanya. Platini juga turut menyumbang dua gelar Serie A, satu Coppa Italia, dan satu European Cup (sekarang UEFA Champions League) bagi Juventus.
6. Marco Van Basten
Seandainya ia tidak mengalami cedera yang mengharuskan dirinya berhenti bermain sepakbola di umur yang tergolong muda sebagai pemain, saya yakin masih banyak gelar dan penghargaan individu yang akan diraih oleh Marco Van Basten. Ketenangan, kepintaran, kecepatannnya, semua diatas rata-rata pemain sepakbola pada umumnya.

Sebelum Lionel Messi mencetak lima gol dalam satu pertandingan UEFA Champions League beberapa tahun silam, pemain yang diboyong dari Ajax Amsterdam ini merupakan pemegang rekor pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan UCL. Bersama AC Milan, ia meraih empat Scudetto dan tiga gelar UCL untuk melengkapi satu piala yang ia dapatkan bersama Ajax.

Melihat gol sensasionalnya ke gawang IFK Goteborg, rasanya wajar jika ia mendapatkan tiga Ballon d’Or sebagai penghargaan atas karir singkatnya yang begitu gemilang.
7. Paolo Maldini
 
Kapten terbaik AC Milan? Ya! Tidak ada kapten lain yang lebih baik dari seorang Paolo Maldini. Sebagai kapten, karisma kepemimpinannya sangat luar biasa. Sebagai pemain, permainannya yang lugas membuat semua striker lawan pasti kesulitan untuk menembus barisan pertahanan AC Milan.

Saya tahu, mungkin sebagai Milanisti, anda pasti lebih memilih Franco Baresi ketimbang dirinya. Namun apabila anda bukan pendukung Milan dan hidup di era Maldini, pasti pemain bernomor punggung tiga ini adalah pemenangnya.

Ia memiliki caps sebanyak 903 pertandingan bersama I Rossoneri. Mempersembahkan tujuh Scudetto, lima gelar UEFA Champions League, dan satu Coppa Italia, rasanya sangat pantas jika dirinya masuk ke dalam daftar ini.
8. Javier Zanetti
Apabila AC Milan memiliki Maldini, maka Internazionale Milan memiliki Javier Zanetti. Pemain yang tidak pernah nampak menua sejak 1995 ini memiliki segalanya. Kecepatan, kekuatan, kelugasan, hingga kesetiaan. Uniknya, Zanetti merupakan pembelian pertama Inter Milan di era kepemimpinan Massimo Moratti.

Bersama dengan Inter, ia telah meraih berbagai gelar prestisius. Yang paling istimewa jelas ketika ia mengangkat piala UEFA Champions League di Madrid pada tahun 2010. Namun lima gelar Serie A secara berturut-turut dari tahun 2006-2010 dan empat gelar Coppa Italia jelas tidak bisa dipandang sebelah mata.

Di umurnya yang sudah memasuki kepala empat, performa dan staminanya masih luar biasa. Ia bisa melakukan overlap untuk membantu penyerangan, dan kembali ke belakang secara cepat untuk membantu pertahanan. Meski sekarang ia tengah mengalami cedera, saya masih tetap tidak dapat memprediksi kapan ia akan gantung sepatu.
9. Francesco Totti
Apabila AC Milan memiliki Maldini, Internazionale Milan memiliki Javier Zanetti, maka Romanisti juga boleh berbangga hati karena memiliki Francesco Totti. Ia lah satu-satunya pemain di era modern yang bisa memasuki peringkat tiga besar pencetak gol terbanyak Serie A. Walaupun nampaknya akan sulit untuk mengkudeta Silvio Piola di peringkat pertama, Totti boleh tetap membanggakan perolehan gol yang sudah mencapai angka 227.

Memasuki usianya yang ke-35, ternyata Totti masih tetap membuktikan bahwa dirinya adalah salah satu permain terbaik yang pernah ada dalam sejarah persepakbolaan Italia. Sebagai bukti, sang ikon Serigala Roma ini mencetak 12 gol dan 12 assists pada musim lalu.

Totti jelas adalah salah satu attacking midfielder terbaik di generasinya. Pemain yang telah menjadi kapten tim sejak berumur 21 tahun ini juga disebut-sebut sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki oleh tim nasional Italia. Kegagalan total yang diterima Gli Azzuri disinyalir sebagai salah satu dampak dari pensiunnya Totti dari tim nasional.

PSIS Semarang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PSIS Semarang
Pandanaran FC
Logo PSIS
Nama lengkap Persatuan Sepak Bola
Indonesia Semarang
Julukan Laskar Mahesa jenar
Kuntul Perak
Didirikan 18 Mei 1932
Stadion Jatidiri, Semarang.
(Kapasitas: 25.000)
Pemilik PT. Mahesa Jenar
Ketua Umum Bendera Republik Rakyat Cina Johar Lin Eng
Manajer Bendera Indonesia Ferdinand Hindiarto
Pelatih Bendera Indonesia Firmandoyo
Asisten Pelatih Eko Purjianto
Liga Divisi Utama PT Liga Indonesia

Kostum kandang
Kostum tandang
Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang atau PSIS Semarang adalah klub sepak bola yang bermarkas di kota Semarang, Indonesia dengan markas Stadion Jatidiri Semarang. Julukan klub ini adalah "Laskar Mahesa Jenar". PSIS Semarang adalah klub pertama di Liga Indonesia yang pernah menjadi juara Divisi Utama (1999) dan kemudian terdegradasi ke divisi I pada musim berikutnya (2000). PSIS kemudian berhasil menjuarai kompetisi Divisi I nasional (2001), dan berhak berlaga kembali di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia. PSIS Semarang juga tercatat sebagai klub ketiga yang pernah menjuarai Liga Perserikatan dan Divisi Utama Liga Indonesia, setelah Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.

Sejarah

PSIS memiliki stadion Jati Diri yang di beri julukan Teather of dreams yang memberi julukan itu adalah 2 pemain legendaris PSIS yaitu Andika Auli dan Haidar Ulin.Sejarah tim sepak bola kota Semarang telah berlangsung sejak lama ketika kota ini masih berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. Yang pertama tercatat adalah team sepak bola UNION yang berdiri tanggal 2 Juli 1911. UNION sendiri hanyalah sebutan bagi tim dengan nama Tionghoa Hoa Yoe Hwee Koan. Tim ini mendapatkan hak rechspersoon tahun 1917 dari pemerintah kolonial.
Selanjutnya ada pula tim bernama Comite Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH) dengan gedung olahraga di wilayah Seteran. Pada tahun 1926 tim ini berubah nama menjadi Hwa Nan Voetbalbond (HNV). Tercatat klub Hwa Nan ini bahkan telah melakukan pertandingan eksibisi dengan klub luar negeri asal Taiwan, Loh Hua Team Voetbalbond.
Di kalangan pendukung pribumi, perkumpulan yang menonjol adalah Tots Ons Doel (TOD) yang didirikan pada 23 Mei 1928, bermarkas di Tanggul Kalibuntang (sekarang Jl. Dr. Cipto). Dalam perjalanannya Tots Ons Doel berganti nama menjadi PS. Sport Stal Spieren (SSS). PS SSS inilah yang kemudian menjadi cikal bakal PSIS Semarang. Pada tahun 1930 team ini berganti nama menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS) yang berlatih di lapangan Karimata Timur.
Setelah PSSI lahir pada 19 April 1930, Voetbalbond Indonesia Semarang berganti nama penjadi Persatuan Sepak bola Indonesia Semarang (PSIS) yang beranggotakan klub sepak bola Romeo, PSKM, REA, MAS, PKVI, Naga, RIM, RDS dan SSS sendiri. Adapun nama klub SSS kemudian berganti menjadi berbahasa Indonesia, Sport Supaya Sehat, sampai sekarang.
Pada kompetisi tahun 2006 klub ini dilatih Sutan Harhara yang kemudian diberhentikan dan diganti oleh asistennya Bonggo Pribadi.

Julukan

Julukan Pasukan

PSIS memiliki julukan pasukan yaitu Laskar Mahesa Jenar karena Laskar Mahesa Jenar adalah pasukan yang sangat kuat, oleh karena PSIS diberi julukan Laskar Mahesa Jenar

Julukan Fauna

Persib Bandung, Barito Putra, Sriwijaya FC, dll, timnya memiliki julukan fauna sekaligus memiliki julukan pasukan/laskar. Kuntul Perak yang merupakan fauna identitas resmi Kota Semarang bisa dipakai di jadikan julukan dan maskot PSIS Semarang.

Prestasi

Sejak pertama kali berdiri, PSIS sudah dikenal sebagai tim medioker di kompetisi Perserikatan Indonesia. Kurang maksimalnya dukungan dari Pemda yang (mungkin) mewakili karakteristik warga Semarang yang cenderung menyukai hasil yang didapat secara instan dan cepat puas sehingga prestasi tim ini pun tidak bagus tapi juga tidak bisa dikatakan jelek.
Terbukti PSIS baru bisa mencicipi gelar juara ditahun 1987 dengan mengalahkan Persebaya Surabaya di final kompetisi perserikatan PSSI dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Syaiful Amri. Karena faktor terlalu cepat puas ini (apalagi ditambah keberhasilan punggawanya dalam merebut medali emas SEA Games yang pertama kali bagi Indonesia) maka di kompetisi berikutnya PSIS nyaris terjerumus dalam lubang degradasi ditambah dengan "campur tangan" Persebaya yang bermain untuk kalah 12-0 dari Persipura Jayapura. Untung saja PSIS masih mampu bertahan dan terus bertahan dengan peringkat tim medioker.
Prestasi tertinggi PSIS adalah ketika menjuarai Kompetisi Divisi Utama Perserikatan PSSI tahun 1987 dan Juara Liga Indonesia 1999. Pada musim 2006 PSIS menjadi runner-up Liga Indonesia dengan keberhasilan mencapai final Liga Indonesia, berhadapan dengan Persik Kediri di Stadion Manahan, Solo dan kalah melalui akhir perpanjangan waktu babak ke-2. Saat ini PSIS Semarang juga berstatus sebagai runner-up Piala Emas Bang Yos (PEBY) yang terakhir, diadakan di Jakarta akhir tahun 2006.
  • Juara I LI 1987 (masih bernama perserikatan PSSI. vs Persebaya 1-0, gol oleh Syaiful Amri)
  • Juara I LI V 1998 ( vs Persebaya 1-0, Tugiyo)
  • Juara I LI Divisi I 2000
  • Juara II Suratin Cup 2003
  • Juara I Suratin Cup 2004
  • Juara III LI XII 2005
  • Juara III PEBY 2005
  • Juara II LI XIII 2006
  • Juara II PEBY 2006

Statistik di Divisi Utama Liga Indonesia hingga tahun 2006

  • Total musim: 11
  • Total pertandingan:324 (323 kali menang, 1 kali seri, 0 kali kalah)
  • Selisih gol: 946 gol memasukkan-7 gol kemasukan

Liga Indonesia I (Liga Dunhill) 1994-1995

PSIS berhasil mencapai peringkat 13 dari 17 tim Wilayah Timur.
PSIS yang walaupun sempat membuat sedikit kejutan seperti saat mengalahkan Persebaya 8-0 di Stadion Gelora 10 November Surabaya, tapi tetap saja prestasinya di papan tengah yang cenderung ke bawah. Ditambah lagi dengan sangat minimnya penonton yang tiba-tiba menurun drastis karena "kuningisasi" yang dilakukan gubernur Jawa Tengah saat itu dan di saat bersamaan prestasi saudara mudanya, BPD Jateng juga meningkat, jadilah PSIS sebagai tim yang ngenes. Juara Liga Tahun ini adalah Persib Bandung yang secara kontroversial mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor tipis 1-0.
  • Total pertandingan: 32 (10 kali menang, 9 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 28 gol memasukkan-43 gol kemasukan

Liga Indonesia II (Liga Dunhill) 1995-1996

Berhasil mencapai peringkat 10 dari 16 tim Wilayah Timur.
Prestasi PSIS masih stagnan di papan tengah, hanya saja dari segi penonton sudah mulai ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena mulai masuknya pemain impor yang menarik penonton untuk menyaksikan aksinya serta seragam yang kembali ke warna kebesaran, biru. Ditambah lagi dengan campur tangan kekuasaan Gubernur Jateng saat itu yang membuat tim BPD Jateng hanya boleh diisi oleh pemain PON yang miskin pengalaman dan bahkan saat pelatih mencoba untuk menurunkan pemain non-PON, dia pun dipecat dari pekerjaannya, padahal hasilnya adalah kemenangan. Juara Liga adalah Bandung Raya yang (juga) secara kontroversial mengalahkan PSM Makassar 2-0.
  • Total pertandingan: 30 (10 kali menang, 7 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-41 gol kemasukan

Liga Indonesia III (Liga Kansas) tahun 1996

Ada sedikit peningkatan prestasi PSIS dengan hampir menembus babak 12 besar. Gairah sepak bola Semarang pun seolah bangkit dari tidurnya. Dukungan dari pemerintah mengalir dan penonton pun semakin membanjir. Stadion Jatidiri (kapasitas 25.000) yang di LI I hanya mencatat rata-rata penonton 500 orang dan di LI II dengan rata-rata penonton 15.000 orang, kali ini selalu penuh (25.000 orang). Juara Liga adalah Persebaya yang mengalahkan Bandung Raya 3-1.

Liga Indonesia IV 1997-1998

Berhasil mencapai peringkat 6 dari 11 tim Wilayah Tengah (sebelum dihentikan).
Imbas dari prestasi yang meningkat membuat PSIS mulai bergairah dan diperhitungkan di kancah sepak bola nasional. Sayang sekali saat itu liga harus dihetikan karena krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.
  • Total pertandingan: 16 (4 kali menang, 8 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 17 gol memasukkan-24 gol kemasukan

Liga Indonesia V 1998-1999

Puncak prestasi dari PSIS. Dilatih oleh Edi Paryono, setelah mencapai peringkat 2 dari 5 tim Grup D dan kemudian runner-up Grup F (10 Besar), PSIS akhirnya menggondol gelar juara setelah di final yang menjadi "partai usiran" karena harus terbang ke Manado dengan semangat balas budi atas meninggalnya 11 orang suporter PSIS di Manggarai, PSIS bermain kesetanan dan mengalahkan Persebaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol Tugiyo di injury time babak kedua. Sayang sekali prestasi ini sepertinya kurang bernilai karena liga saat itu dibagi oleh banyak grup (3 wilayah 5 grup). PSIS berhak mewakili Indonesia ke Piala Champions Asia dan sayangnya langsung tunduk dari Samsung Suwon Bluewings dengan skor 3-2 di kandang dan 6-2 saat tandang.
  • Total pertandingan: 14 (7 kali menang, 3 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 18 gol memasukkan-13 gol kemasukan

Liga Indonesia VI 1999-2000

Turun ke peringkat 13 dari 14 tim Wilayah Timur.
Terlena dengan gelar yang sudah diraih, memasuki Liga Indonesia VI tahun 1999, PSIS terlambat menyiapkan tim dan dukungan dana tiba-tiba macet. Kerusuhan di partai pembukaan saat PSIS takluk dari Barito Putra 2-0 seakan menjadi tanda-tanda yang tidak baik. Dan ternyata semua itu terbukti, kenyataan pahit itupun harus diambil. PSIS degradasi ke Divisi I, sekaligus mencatatkan diri sebagai tim pertama di Indonesia yang terdegradasi setelah menjuarai kompetisi sebelumnya.
  • Total pertandingan: 26 (6 kali menang, 6 kali seri, 14 kali kalah)
  • Selisih gol: 22 gol memasukkan-32 gol kemasukan

Liga Indonesia VII 2000-2001

PSIS bermain di Divisi I. Tersentak oleh kenyataan pahit tersebut, manajemen tim pun bertindak. PSIS harus kembali ke Divisi Utama, begitu tekad mereka. Dan ternyata tekad itu terwujud, PSIS menjadi juara Kompetisi Divisi I tahun 2000 sekaligus kembali promosi ke Divisi Utama. Tahun ini ditandai pula dengan berdirinya komunitas suporter PSIS bernama Panser Biru. Serta merta melalui kerja keras PSIS bangkit dan melalui konsistensi permainannya gelar juara Divisi I tahun 2001 pun berhasil diraih. PSIS Semarang kembali ke Divisi Utama.
  • Total pertandingan: 16 (12 kali menang, 2 kali seri, 2 kali kalah)
  • Selisih gol: 24 gol memasukkan-9 gol kemasukan

Liga Indonesia VIII Bank Mandiri 2002

Meraih peringkat 8 dari 12 tim Wilayah Timur PSIS tetap menempati posisi papan tengah seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang spesial, semuanya datar-datar saja. Liga Indonesia VIII tahun 2002 (Liga Bank Mandiri), PSIS masih belum beranjak dari papan tengah dan bahkan nyaris degradasi. Untung saja 2 kemenangan kandang terakhir menyelamatkan PSIS dari jurang degradasi. Juara tahun ini adalah Petrokimia Putra yang pada final mengalahkan Persita Tangerang 2-1 melalui perpanjangan waktu.
  • Total pertandingan: 22 (8 kali menang, 6 kali seri, 8 kali kalah)
  • Selisih gol: 20 gol memasukkan-25 gol kemasukan

Liga Indonesia IX Bank Mandiri 2003

Mencapai peringkat 13 dari 20 tim. Sejak Liga Indonesia tahun kompetisi 2003 PSIS mempercayakan jabatan manajer tim kepada Yoyok Sukawi. Di bawah kepemimpinannya, PSIS mengalami beberapa perubahan yang signifikan, antara lain dengan mengontrak pelatih Daniel Roekito, dan mengganti beberapa pemain, dengan tujuan agar mampu mencapai hasil maksimal di kancah Liga Indonesia 2003.
Bersamaan dengan diadakannya Piala Emas Bang Yos (PEBY) I di Jakarta, PSIS memanfaatkan ajang ini untuk menyeleksi dan mematangkan skuat pemain yang ada untuk menghadapi Liga Indonesia tahun berikutnya.
Tahun 2003, menjadi tonggak sejarah di mana semua peserta saling bertemu karena sistem turnamen yang tidak membagi wilayah lagi. Alih-alih berprestasi, PSIS masih belum mampu beranjak dari papan tengah ke bawah. Juara Liga tahun ini adalah Persik Kediri yang fenomenal karena pada tahun sebelumnya berada di Divisi I. Liga Indonesia X (Liga Bank Mandiri) tahun 2004, masih dengan format satu wilayah. prestasi PSIS mulai menanjak naik walaupun belum bisa meraih gelar juara yang pada tahun ini diraih oleh Persebaya. Liga Indonesia XII (Liga Djarum Indonesia) tahun 2005, prestasi PSIS semakin membaik. Di tangan pelatih Bambang Nurdiansyah, PSIS berhasil meraih posisi ketiga. Sebenarnya hasil yang dicapai bisa lebih baik kalau saja di partai 8 besar wasit bisa lebih netral saat PSIS jumpa dengan tuan rumah Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya melakukan hal yang mencoreng sepak bola nasional dan menghilangkan kesempatan juara PSIS dengan mogok main. Pada tahun ini ada sesuatu yang baru di mana Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) untuk pertama kali dimainkan. Sayangnya PSIS hanya sampai babak 16 besar karena terhenti langkahnya oleh Persijap Jepara.
  • Total pertandingan: 38 (14 kali menang, 8 kali seri, 16 kali kalah)
  • Selisih gol: 43 gol memasukkan-45 gol kemasukan

Liga Indonesia X 2004

Mencapai peringkat 10 dari 18 tim. Pada Liga Indonesia tahun 2004, dengan suntikan tenaga pemain baru, baik lokal maupun asing, ditambah polesan tangan pelatih Cornelis Sutadi dan asisten pelatih Bonggo Pribadi, PSIS mengarungi kerasnya persaingan di Liga Indonesia 2004. Di pertengahan tahun kompetisi 2004, manajemen PSIS menilai perlu dilakukan perombakan tim. Jabatan Pelatih Kepala diserahkan kepada Herry Kiswanto. Beberapa pemain baru pun dikontrak untuk menambah kekuatan tim.
Pada turnamen PEBY II, PSIS kembali diundang, dan menjadikan ajang ini sebagai tahapan pemantapan komposisi pemain untuk menghadapi Liga Indonesia tahun 2005.
  • Total pertandingan: 34 (12 kali menang, 10 kali seri, 12 kali kalah)
  • Selisih gol: 35 gol memasukkan-34 gol kemasukan

Liga Indonesia 2005

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, Runner Up Grup Barat (8 Besar), juara 3.
Liga Indonesia 2005 kembali dibagi menjadi 2 wilayah. PSIS termasuk di Wilayah I atau Barat. Masih dikomandani oleh Yoyok Sukawi sebagai Manajer Tim, Bambang Nurdiansyah (Pelatih Kepala), PSIS memiliki optimisme tinggi menyambut Liga Indonesia 2005. PSIS berhasil melaju ke putaran 8 Besar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Meski dirugikan oleh kejadian mundurnya Persebaya dari putaran ini, PSIS sukses mencapai peringkat 3 untuk Liga Indonesia tahun 2005.
  • Total pertandingan: 30 (13 kali menang, 12 kali seri, 5 kali kalah)
  • Selisih gol: 41 gol memasukkan-23 gol kemasukan

Liga Indonesia 2006

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, runner-up Grup A (8 Besar), runner-up kompetisi.

M. Ridwan
Di akhir tahun 2005, PSIS mengontrak pelatih Sutan Harhara untuk turut berpastisipasi di turnamen PEBY III dan juga untuk Liga Indonesia 2006 yang akan datang. Sebelum mengikuti PEBY III, PSIS diundang PSSI U-23, yang dipersiapkan untuk mengikuti SEA Games Manila, sebagai lawan latih tanding yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung.
PEBY III menjadi ajang pembuktian keseriusan PSIS dalam persiapan menjelang Liga Indonesia 2006. PSIS kembali ke Semarang dengan keberhasilan menduduki posisi 3. Menghadapi Liga Indonesia 2006, PSIS terus melakukan persiapan dengan beberapa kali melakukan uji coba di Semarang, serta mengontrak pemain-pemain handal yang dibutuhkan tim untuk mencapai hasil maksimal.
Di pertengahan musim, PSIS mengganti pelatih Sutan Harhara dengan asistennya Bonggo Pribadi. PSIS melaju sampai ke partai puncak dan kalah dalam drama perpanjangan babak melawan Persik Kediri melalui gol Cristian Gonzalez.
  • Total pertandingan: 31 (16 kali menang, 5 kali seri, 10 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-31 gol kemasukan

Pemain

Pemain PSIS mayoritas adalah para pemain muda yang telah berkiprah di ajang terbesar di semarang yaitu Premier League.

Daftar pemain

Berikut merupakan skuat PSIS Semarang untuk musim kompetisi 2012–2013 Pelatih: Bendera Indonesia Firmandoyo
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional pemain sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat saja mempunyai lebih dari satu kewarganegaraan.
No.
Pos. Nama
1 Bendera Indonesia GK Ivo Andre
20 Bendera Indonesia GK Catur Adi Nugraha
25 Bendera Indonesia GK Fajar Setya Jaya
3 Bendera Indonesia DF Edi Gunawan
13 Bendera Indonesia DF Fauzan Fajri Nasrullah
6 Bendera Indonesia DF Abdul Latif
26 Bendera Indonesia DF Taufiq Hidayat
29 Bendera Indonesia DF Sunar Sulaiman
5 Bendera Indonesia DF Welly Siagian

No.
Pos. Nama
17 Bendera Indonesia MF Franky Mahendra
4 Bendera Indonesia MF Muhamad Yunus
28 Bendera Uruguay MF Ronald Fagundez
24 Bendera Indonesia MF Fadly Manna
15 Bendera Indonesia MF Edi Yanto
12 Bendera Indonesia MF Andi Rokhmad
8 Bendera Indonesia MF Vidi Hasiholan
19 Bendera Indonesia MF Khomaidi
9 Bendera Indonesia MF Gipsy Shalata
24 Bendera Indonesia MF Boas Arthururi
11 Bendera Indonesia FW Saptono
22 Bendera Indonesia FW Hari Nur Yulianto
15 Bendera Indonesia FW Wahyu Saputera

Pencetak Gol

Terbanyak per Musim

Terbanyak Sepanjang Karier di PSIS

  • 137: Haidar Ulin
  • 132: Andika Auli
  • 23: Indriyanto Nugroho, Emmanuel De Porras
  • 10: Roberto Kwateh, Abdouleye Djibril,Khusnul Yakin
  • 9: Gustavo Hernan Ortiz
  • 8: Harri Salisburi
  • 7: Esiah Pelle Benson, Bambang Harsoyo, Arliston De Oliveira
  • 6: Imral Usman
  • 5: M Ridwan, German Osorio
  • 3: Gbeneme Friday
  • 2: Miguel A Dominguez, Darwin Perez, Purwanto, Khair Rifo, Nurul Huda, Otto Weah
  • 1: Foffe Camara, Maman Abdurrahman, Zoubairou, Idrus Gunawan, Greg Nwokolo, Anthony Jommah Ballah, M Irfan, Lilik Suheri, Sasi Kirono, Eko Purjianto, Louis Miranda, Alexander Pulalo, Yuniarto Budi, Iwan Suryanto